Minggu, 02 Januari 2011

AL-QUR’AN SEBAGAI SYIFA DAN RAHMAT


Disusun oleh;
Heru Supri Hantoro
(salah satu mahasiswa pondok HNS-UMS)
 

AL-QUR’AN SEBAGAI SYIFA DAN RAHMAT

PENDAHULUAN
AI-Quran adalah kalamullah. la telah diturunkan oleh Allah s.w.t kepada nabi Muhmmad s.a.w sebagaimana Idtab Taurat, Injil .dan Zabur diturunkan kepada nabi-nabi sebelum baginda s.a.w. AI-Quran merupakan rujukan asal kepada risalah islam. Sesiapa yang tidak rnerujuk kepada al-Quran bermakna dia jauh dari panduan dan rujukan Islam. AI-Quran merupakan kitab petunjuk dan pembawa rahmat kepada sekelian alam. Segala panduan terhadap aturan hidup dan kehidupan antara manusia dengan Tuhan, alam, masyarakat dan diri sendiri termuat di dalam AI-Quran.
AI-Quran yang merupakan kalamullah itu adalah mukjizat yang cukup hebat, tetap dan kekal walaupun melalui peredaran zaman. Mukjizat yang mencabar jin dan juga manusia. Mukjizat yang menjadikan semua pendukung kesesatan dan ekstremes nafsu terduduk membisu. Allah telah menjadikan al-Quran sebagai basahan hati kepada mereka yang mempunyai penglihatan dan makrifat. Mukjizat al-Quran ini tidak menjadi usang lantaran penolakan berterusan oleh golongan yang tidak beriman dan juga peredaran masa. Mukjizat ini tetap dijaga oleh Allah seperti yang dijanjikan olehnya di dalam al-Quran Surat Al-Hijr ayat 9:
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya[1].

Allah s.w.t telah menyebut di dalam al-Quran ini dengan berbagai sebutan terhadap kiitabNya. Ada yang disebut sebagai Hudan (petunjuk) kerana ia betul-betul membawa petunjuk kepada manusia , Rahmatan (rahmat) kerana sesiapa yang mengikuti petunjuknya akan mendapat Rahmat, Nur (cahaya) kerana ia menyinarkan jalan hidup manusia, Syifa' dan lain-lain lagi yang jumlahnya tidak kurang dari sepuluh nama. Setiap nama itu adalah menunjukkan kepada ciri- ciri yang dimiliki oleh al-Quran itu sendiri.


PEMBAHASAN
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# ôs% Nä3ø?uä!$y_ ×psàÏãöq¨B `ÏiB öNà6În/§ Öä!$xÿÏ©ur $yJÏj9 Îû ÍrßÁ9$# Yèdur ×puH÷quur tûüÏYÏB÷sßJù=Ïj9 ÇÎÐÈ
Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q.S Yunus. Ayat 57).

Pelajaran dari Tuhanmu (Allah) dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman itu adalah Al-Qur’an.

ö@è% uqèd šúïÏ%©#Ï9 (#qãZtB#uä Wèd Öä!$xÿÏ©ur (
Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin”.
(Q.S Fushshilat ayat 44).
Fungsi Alquran, pertama dijelaskan adalah sebagai syifa (obat) bagi penyakit rohani dan penyakit masyarakat, baru kemudian dijelaskan bahwa fungsi Alquran adalah sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Allah SWT telah mensifatkan bahwa Al Quran yang diturunkan kepada umat manusia lewat Nabi Muhammad SAW sebagai penyernbuh atau obat. Bila disebut obat, tentu ada kaitannya dengan penyakit. Dalam tafsir Ibnu Katsir dinyatakan bahwa Al Quran adalah penyembuh dari penyakit-penyakit yang ada dalarn hati-hati. manusia seperti syirik, sombong, congkak, ragu, dan sebagainya.
Jika dikaitkan dengan Ilmu Kedokteran Jiwa dan/atau Kesehatan Jiwa[2], maka dari semua cabang ilmu kedoteran jiwa (psikiatri) dan kesehatan jiwa (mental health) adalah yang paling dekat dengan agama; bahkan dalam pencapaian derajat kesehatan yang mengandung arti keadaan kesejahteraan (well being) pada diri manusia, terdapat titik temu antara kedokteran jiwa/kesehatan jiwa di satu pihak dan agama di pihak lain.
Pengertian kesehatan jiwa menurut paham ilmu kedokteran pada waktu sekarang adalah satu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkebangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam penghidupan manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain.
Selanjutnya dikemukan bahwa setiap gangguan dalam perkembangan kesehatan jiwa tersebut di atas menjelma sebagai perubahan dalam fungsi jiwa seseorang itu, merupakan gangguan di bidang kejiwaan.
Di pihak lain Organisasi Kesehatan se-Dunia (WHO, 1959) memberikan kriteria jiwa atau mental yang sehat, adalah sebagai berikut:
a.       Dapat menyesuaikan diri secara kontruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya.
b.      Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
c.       Merasa lebih puas memberi daripada menerima.
d.      Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.
e.       Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan.
f.       Menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran untuk di kemudian hari.
g.      Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan kontruktif.
h.      Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.

WHO (1984) telah menyempurnakan batasan sehat dengan menambah satu elemen spiritual (agama) sehingga sekarang ini yang dimaksud dengan sehat adalah tidak hanya sehat dalam arti fisik, psikologi dan sosial saja, tetapi sehat dalam arti spiritual/agama (empat dimensi sehat: bio-psiko-sosio-spiritual).
Perhatian ilmuwan di bidang kedokteran umumnya dan kedokteran jiwa (psikiatri) khususnya terhadap agama semakin besar. Tindakan kedokteran tidak selamanya berhasil, seorang ilmuan kedokteran berkata: Dokter yang mengobati, tetapi Tuhan yang menyembuhkan. Pendapat ilmuwan tersebut sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad (dari Jabir bin Abdullah r.a), sabdanya:
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
Artinya: “Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai sasarannya, maka dengan izin Allah penyakit itu akan sembuh”.
Ayatul Syifa' : Al-Quran Sebagai Rahmat dan Penyembuh.
Sesungguhnya di dalam al-Quran banyak menyebut tentang ayat-ayat kesembuhan (Ayatul Syifa’) yang membentangkan pelbagai pengajaran penting berkaitan dengan kesihatan dan kesejahteraan diri. Ayat-­ayat yang dimaksudkan ialah seperti berikut:
Surah at-Taubah ayat 14;
“Perangilah mereka, nescaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman”.
Surah Yunus ayat 57;
“Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
Surah an-Nahl ayat 69;
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat ubat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”.
Surah al-Isra’ ayat 82;
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”.
Surah asy-Syu’ara’ ayat 80;
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku”.
Surah Fussilat ayat 44;
Dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka[3]. mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".

Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan rawatan, Rasulullah saw. ada berpesan agar seseorang itu berobat dengan madu dan al-Quran.
Rosulullah bersabda:
“Hendaklah kamu semua melakukan dua kesembuhan, yaitu dengan menggunakan madu dan al-Quran”. Riwayat Ibnu Majah.

            Sebuah contoh keseharian yang sering kita lakukan mengenai Al-Qur’an Syifa’ dan Rohmat, Al-Qur’an mengandung berbagai pengajaran dan maklumat penjagaan diri daripada berbagai penyakit, memelihara kesihatan jasad juga roh.
Yakni terdapat dalam Q.S. al-Maa-idah ayat 6:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[4] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh[5] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”.

Dalam ayat ini Allah s.w.t. menyuruh orang yang beriman yang hendak mendirikan sembahyang agar membasuh muka dan tangan hingga ke siku, menyapu rambut dan kedua belah kaki hingga ke buku lali. Sesungguhnya wuduk yang dilakukan itu berupaya memelihara jasad, menjaga kulit daripada objek najis yang terdapat padanya. Membersihkan tanah, debu, kotoran-kotoran dan kuman yang mengotorkan tangan. Begitu juga dengan amalan berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung, bersiwak untuk memelihara gigi dan alat penghadam makanan.
Allah s.w.t. juga menyuruh orang yang berjunub agar membersihkan diri untuk membersihkan seluruh jasad, mengembalikan kecerdasan tubuh, memulihkan semula edaran darah juga mencergaskan fungsi sendi otot dan urat saraf.




Sekali Lagi tentang Habbatus Sauda sebagai Obat Herbal Alami
Setiap penyakit itu pasti ada obatnya, berdasarkan sabda Rasululloh Shallallahu `alaihi wa sallam berikut:
“Dari Jabir radhiyallahu `anhu, Rasululloh Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda : “Setiap penyakit itu pasti ada obatnya. Oleh karena itu, barang siapa yang tepat dalam melakukan pengobatan suatu penyakit, maka dengan izin Allah `Azza wa Jalla dia akan sembuh.” [HR. Muslim, dalam Kitab as-Salaam, bab Li kulli Daa-in Dawaa wa Istihbabut Tadaawii, Hadits no. 2204]”
Dan kewajiban kita adalah berikhtiar dalam mencari obatnya dengan usaha yang maksimal. Dalam usaha kita mengobati penyakit yang diderita, kita harus memperhatikan 2 hal:
Pertama, bahwa obat dan dokter hanya sarana kesembuhan, sedangkan yang benar-benar menyembuhkan adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kedua, ikhtiar tersebut tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang haram dan syirik. Yang haram ini seperti; berobat dengan menggunakan obat yang terlarang atau barang-barang yang haram, karena Allah tidak menjadikan penyembuhan dari barang yang haram. Dan tidak boleh pula berobat dengan hal-hal yang syirik, seperti pengobatan alternatif dengan cara mendatangi dukun, tukang sihir, paranormal, orang pintar, menggunakan jin, pengobatan jarak jauh atau yang semisalnya yang tidak sesuai dengan syari’at, sehingga dapat mengakibatkan jatuh ke dalam syirik dan dosa besar yang paling besar. (Do’a & Wirid, karya Ust Yazid Jawas hal. 354)
Salah satu metode pengobatan yang dianjurkan oleh Rasululloh Shallallahu `alaihi wa sallam adalah dengan obat alami Habbatus Sauda’, berikut ini adalah pembahasannya:
“Dari Abu Hurairah rodhiyallahu `anhu, Rasululloh Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda : ” Dalam Habbatus Sauda’ ada obat dari segala penyakit, kecuali as-Saam”. Ibnu Syihab (seorang rawi hadits ini) mengatakan : “as-Saam adalah kematian, dan Habbatus [HR. Bukhori, dalam Kitab at-Thibb, bab al-Habbatus Sauda’, Hadits no. 5688]”
“Dari `Aisyah radhiyallahu `anha, Rasululloh Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda : ” Sesungguhnya Habbatus Sauda’ ini adalah obat dari segala penyakit, kecuali as-Saam”. Aku berkata (Perawi hadits ini, yakni Kholid bin Sa’ad): “apa itu as-Saam?” dijawab (yakni oleh Ibnu Abi Atiq): “Kematian”. [HR. Bukhori, dalam Kitab at-Thibb, bab al-Habbatus Sauda’, Hadits no. 5687]”
“Dari Abu Hurairah rodhiyallahu `anhu, Rasululloh Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah ada suatu penyakit, kecuali dalam Habbatus Sauda’ terdapat kesembuhan baginya, kecuali as-Saam (kematian)” [HR. Muslim, dalam Kitab as-Salaam, bab at-Tadawi bil Habbatis Sauda’. Hadits no. 2215]”
Nama lain dari hebal alami Habbatus Sauda` adalah Nigella Sativa, al-Karawiyyah as-Sauda’, al-Kamoun al-Aswad, asy-Syuniz, black cumin, kerosene, coal oil, carazna.
Menurut beberapa hasil penelitian, Habbatus Sauda` memiliki khasiat “dengan izin Allah” : Sauda’ adalah asy-Syuniz.”
1.      Menguatkan immunity system pada diri manusia.
2.      Melawan & menghancurkan sel-sel kanker/tumor.
3.      Mengobati reumatik, peradangan serta infeksi.
4.      Menghentikan dan menyembuhkan penyakit pilek.
5.      Jika digoreng & dibakar kemudian dicium terus-menerus dapat mengeliminasi gas (dalam) perut.
6.      Membunuh cacing-cacing parasit jika dimakan sebelum makan pagi dan jika diletakkan di atas perut dari bagian luar sebagai aromaspa atau luluran.
7.      Minyaknya bermanfaat untuk menyembuhkan gigitan ular, juga bengkak di dubur dan tahi lalat.
8.      Menghilangkan sesak nafas & sejenis kesulitan nafas, melonggarkan penyumbatan akibat dahak.
9.      Melancarkan haidh yang tersendat.
10.   Jika dibalutkan, bermanfaat untuk menyembuhkan pusing yang parah.
11.  Apabila dimasak dengan cuka bersama kayu pinus dan kemudian dibuat untuk berkumur, maka hal itu akan menghilangkan sakit gigi yang disebabkan sensitifitas terhadap dingin.
12.  Jika diminum, biji ini akan melancarkan kencing, haidh dan ASI.
13.  Menyembuhkan gigitan Laba-laba.
14.  Bila dibakar, asapnya dapat mengusir serangga.
15.  Menghilangkan sendawa asam yang berasal dari dahak dan melancholia (gangguan yang disebabkan kesedihan yang terus-menerus/depresi sehingga merusak bagian empedu).
16.  Menghilangkan Kusta (lepra).
17.  Menghilangkan demam Quartan (yakni demam yang menyerang manusia selama sehari kemudian mereda selama 2 hari kemudian menyerang lagi ketika hari ke-4).
18.  Jika ditumbuk dan dibuat adonan dengan madu dan air hangat dapat menghancurkan batu yang muncul dalam ginjal dan kandung kemih serta sifat diuretic (memperlancar air seni).
19.  Apabila digoreng dan dicium terus-menerus dan dicampur dengan cuka dapat menyembuhkan jerawat dan kudis serta menghilangkan peradangan yang lebih kronis dari jerawat (tumor).
20.  Jika digoreng tanpa minyak dan ditumbuk serta dicampur dengan minyak zaitun kemudian diteteskan ke dalam hidung 3 tetes akan menyembuhkan gejala pilek yang disertai bersin-bersin.
21.  Jika dibakar dan dicampur dengan lilin dan minyak inai/henna atau minyak bunga iris serta dibalurkan pada borok-borok/koreng yang keluar di betis setelah dibersihkan dengan cuka, maka akan dapat menghilangkannya.
22.  Bermanfaat untuk menyembuhkan bekas gigitan anjing (Rabies) dan aman dari kematian akibat rabies.
23.  Jika dihirup akan bermanfaat bagi hemiplegia (semiparalysis/lumpuh separuh).
24.  Jika enzoat (celak persia) dicampur dengan air & dibalurkan ke lingkaran dubur (lobang dubur/anus) dan juga diminum dengan dosis sekitar 25 gr akan menyembuhkan Bawasir.
25.  Jika disedot melalui hidung akan bermanfaat menghentikan air yang keluar pada mata.
26.   Dan lain-lain.

Aiman bin `Abdil Fattah mengatakan :”Karena itulah kami dapat menetapkan bahwa dalam Habbatus Sauda’ terdapat kesembuhan untuk segala macam penyakit, karena peranannya yang menguatkan dan memperbaiki sistem immunity, suatu sistem yang di dalamnya ada kesembuhan dari segala macam penyakit, yang bereaksi terhadap segala sebab yang menimbulkan penyakit, yang memiliki kemampuan awal untuk memberikan kesembuhan secara sempurna atau sebagian diantaranya untuk menyembuhkan segala penyakit”.






Al-qur’an sebagai Rahmat Terbesar

óOs9urr& óOÎgÏÿõ3tƒ !$¯Rr& $uZø9tRr& y7øn=tã |=»tFÅ6ø9$# 4n=÷FムóOÎgøŠn=tæ 4 žcÎ) Îû šÏ9ºsŒ ZpyJômts9 3tò2ÏŒur 5Qöqs)Ï9 šcqãZÏB÷sãƒ
“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya kami Telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Quran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman”.
(Q.S. al-ankabuut: 51)
Asbabun-nuzul
Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dan Ad-Darami meriwayatkan dari Umar bin Dinar dari Yahya bin Ja'dah bahwa telah terjadi peristiwa di mana beberapa orang Islam datang kepada Rasulullah saw dengan membawa kitab yang telah dikarang oleh seorang penulis Yahudi, kemudian Nabi bersabda, "Apakah kalian telah cukup dengan suatu kitab yang telah ditulis oleh sebagian kaum yang sesat, lalu kalian membenci Kitab (al-Qur'an) yang disampaikan oleh Nabi kalian?"[6]
















PENUTUP
Allah menamakan Al Quran dengan rahmat adalah karena dengan Al Qur’an ini akan melahirkan Iman dan Hikmah bagi manusia yang beriman dan berpegang kepada Al Qur’an ia akan mencari kebaikan dan cenderung kepada kebaikan itu.
Al-Qur’an sebagai Syifa’ adalah karena didalam isi Al-Qur’an mengandung petunjuk bagi oarang-orang yang beriman dan juga sebagai penyembuh penyakit, baik penyakit hati maupun penyakit jiwa dan/atau raga.
Al-Qur’an nan agung ini adl wahyu Ilahi telah diturunkan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai penerang petunjuk dan pedoman serta rahmat yg kekal abadi sampai hari akhir nanti sekaligus menjadi mukjizat dan bukti kebenaran risalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dimana ketika mu’jizat-mu’jizat sebelumnya sirna ditelan masa musnah digilas perputaran roda zaman terkubur bersama wafatnya para Rasul pembawanya tetapi Al-Qur’an tetap tegak memancarkan nur Ilahi keseluruh persada bumi.
Demikianlah makalah yang penulis buat, dan demi meningkatkan kesempurnaan dari makalah ini maka saran-saran dari pembaca dan/atau pengoreksi akan membantu penulis untuk tidak mengulangi kesalahan yang serupa di kemudian hari.


















DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater. AL-QUR’AN, ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa. PT. Dana Bhakti Prima Yasa. 1997.
Drs. Miftahul Faridl. Islam tentang Kebersihan dan Kesehatan. Pustaka. 1985.

WEB:
http//:www.albarokah.or.id
http//:www. images.sanseff.multiply.multiplycontent.com
http//:www.habbats.com


[1] ayat Ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.

[2] Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater. AL-QUR’AN, ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa. PT. Dana Bhakti Prima Yasa. 1997. Hal 12-13
[3] Yang dimaksudkan suatu kegelapan bagi mereka ialah tidak memberi petunjuk bagi mereka.
[4] Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air.
[5] Artinya: menyentuh. menurut jumhur Ialah: menyentuh sedang sebagian mufassirin Ialah: menyetubuhi.
[6] Peristiwa inilah yang melatarbelakangi turunnya ayat di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar